Senin, 27 Februari 2012
Kembali memulai minggu di akhir bulan ini, setelah akhir minggu sebelumnya saya habiskan dengan mengombinasikan antara kesenangan dan kegiatan berbenah. Ya, akhir minggu adalah waktu saat saya membersihkan dan merapikan (memindahkan barang-barang ke salah satu sudut) kamar saya. Mencuci baju kotor, menyortir benda-benda yang tidak terpakai, dan mengatur kembali tata letak di kamar sewaan saya yang sederhana.
Selain itu, saya pun memanjakan diri dalam hobi dan kegiatan kesukaan saya, yaitu:
Berbicara sesuka hati, memotret tanpa memikirkan hasilnya, bertemu orang-orang yang menarik, menuju pantai dan membasahi alat snorkeling saya dengan asinnya air laut, dan berkumpul bersama teman-teman Lomonesia Bali + Semut Ireng + teman lain sesama pencinta foto (baik difoto maupun memfoto). Hari yang menyenangkan dan melelahkan, diakhiri dengan harap-harap cemas apa yang terjadi dengan rol film yang sudah saya gunakan.
Kemudian hari ini, 3 rol film kosong menyambut malam hari saya. Reaksi saya adalah? Senyum simpul. Dan kemudian membicarakan hal-hal lain, sambil tetap meratapi kegagalan itu. Bukan sepenuhnya salah saya, hanya terlupa, bahwa film yang saya pakai sudah terlalu lama kadaluarsa. Dan itu artinya, masih ada beberapa rol film lagi yang terbuang sia-sia, yang saya beli bersama dengan 3 rol yang menghasilkan gambar kosong.
(ternyata tidak kosong)
Pikiran saya pun melayang merambahi kekosongan, dan secara
acak mulai menimbulkan imaji-imaji, potongan-potongan gambar dari waktu yang
sudah lalu. Yang kemudian secara perlahan menjadi kabur, memburam dan kemudian
menjadi gelap, sama seperti rol film saya.
(sepertinya jauh di lubuk hati saya, kesedihan melanda,
tetapi saya hanya tidak ingin mengakuinya saja)
Selanjutnya, setelah sekian lama saya tidak menyempatkan
diri untuk menulis sambil berpikir dan membiarkan memori saya menari, dan
bermain dengan kata-kata. Ke-sibuk/santai-an saya membuat saya melupakan ritual
ini, yang membantu saya merasa berada dalam gelembung pribadi tanpa batas,
bebas melakukan apa saja. Menguntai kata-kata menjadi fantasi sekaligus nyata
dengan pikiran saya sebagai batasannya.
Kata-kata di kepala saya sedemikian banyaknya, sampai
terkadang saya merasa, hal itu-itu sajalah yang saya pikirkan, karena hal-hal
lain tertumpuk di setiap lekuk dan cekungan lipatan otak saya dan tidak mampu
untuk keluar akibat ukurannya yang kecil dan perilakunya yang malu-malu.
(dan sekarang saya mulai mempersonifikasikan kata-kata)
Apakah ini berarti saya seorang yang kaya akan informasi,
atau tidak mau memilih? Apakah saya seorang yang tanpa tujuan, atau kurang
serius dalam menentukan prioritas? Semua jawaban bisa benar, dan salah (sekali
lagi saya tidak mau menentukan sikap). Setiap saat saya berkontemplasi dan
memikirkan hal-hal di tahap filosofis, tanpa keinginan untuk menjejak, karena
menjejak dan berakar adalah hal yang membuat saya tidak lagi merasa bisa untuk
terbang, dan terbang merupakan hal yang sangat saya sukai.
(berenang adalah hal terdekat pada keinginan saya untuk bisa
terbang, karena saat itu saya merasa bebas, walaupun udara yang saya miliki
terbatas)
Impian, membuat
kita berusaha, untuk melakukan lebih dari yang sudah kita lakukan, memunculkan
ide-ide berani, yang dapat terkesan gila, namun dengan logika yang tepat,
menjadi suatu hal baru yang akan mewarnai hidup anda. Saya, dengan segala
keterbatasan saya, selalu bermimpi, dan ya, mimpi saya banyak, gila, dan kadang
tanpa logika. Berpikir terkadang demikian melelahkan, sehingga saya bertindak
saja, dan kemudian mendapatkan pelajaran darinya.
Waktu pun terus berlalu, dan saat ini, waktu menunjukkan
pukul. Sebelas. Tiga puluh tujuh menit. Dan empat puluh detik. Goong…
Niki, Denpasar
Bulan ke delapan, kembali dari awal.
dan saya pun terbang |
No comments:
Post a Comment