Saturday, March 24, 2012

Bali Log Date: 27 Feb 2012 - blank film rolls


Senin, 27 Februari 2012
Kembali memulai minggu di akhir bulan ini, setelah akhir minggu sebelumnya saya habiskan dengan mengombinasikan antara kesenangan dan  kegiatan berbenah. Ya, akhir minggu adalah waktu saat saya membersihkan dan merapikan (memindahkan barang-barang ke salah satu sudut) kamar saya. Mencuci baju kotor, menyortir benda-benda yang tidak terpakai, dan mengatur kembali tata letak di kamar sewaan saya yang sederhana.
Selain itu, saya pun memanjakan diri dalam hobi dan kegiatan kesukaan saya, yaitu:
Berbicara sesuka hati, memotret tanpa memikirkan hasilnya, bertemu orang-orang yang menarik, menuju pantai dan membasahi alat snorkeling saya dengan asinnya air laut, dan berkumpul bersama teman-teman Lomonesia Bali + Semut Ireng + teman lain sesama pencinta foto (baik difoto maupun memfoto). Hari yang menyenangkan dan melelahkan, diakhiri dengan harap-harap cemas apa yang terjadi dengan rol film yang sudah saya gunakan.

Kemudian hari ini, 3 rol film kosong menyambut malam hari saya. Reaksi saya adalah? Senyum simpul.  Dan kemudian membicarakan hal-hal lain, sambil tetap meratapi kegagalan itu. Bukan sepenuhnya salah saya, hanya terlupa, bahwa film yang saya pakai sudah terlalu lama kadaluarsa. Dan itu artinya, masih ada beberapa rol film lagi yang terbuang sia-sia, yang saya beli bersama dengan 3 rol yang menghasilkan gambar kosong. 
(ternyata tidak kosong)






Pikiran saya pun melayang merambahi kekosongan, dan secara acak mulai menimbulkan imaji-imaji, potongan-potongan gambar dari waktu yang sudah lalu. Yang kemudian secara perlahan menjadi kabur, memburam dan kemudian menjadi gelap, sama seperti rol film saya.
(sepertinya jauh di lubuk hati saya, kesedihan melanda, tetapi saya hanya tidak ingin mengakuinya saja)
Selanjutnya, setelah sekian lama saya tidak menyempatkan diri untuk menulis sambil berpikir dan membiarkan memori saya menari, dan bermain dengan kata-kata. Ke-sibuk/santai-an saya membuat saya melupakan ritual ini, yang membantu saya merasa berada dalam gelembung pribadi tanpa batas, bebas melakukan apa saja. Menguntai kata-kata menjadi fantasi sekaligus nyata dengan pikiran saya sebagai batasannya.
Kata-kata di kepala saya sedemikian banyaknya, sampai terkadang saya merasa, hal itu-itu sajalah yang saya pikirkan, karena hal-hal lain tertumpuk di setiap lekuk dan cekungan lipatan otak saya dan tidak mampu untuk keluar akibat ukurannya yang kecil dan perilakunya yang malu-malu.
(dan sekarang saya mulai mempersonifikasikan kata-kata)
Apakah ini berarti saya seorang yang kaya akan informasi, atau tidak mau memilih? Apakah saya seorang yang tanpa tujuan, atau kurang serius dalam menentukan prioritas? Semua jawaban bisa benar, dan salah (sekali lagi saya tidak mau menentukan sikap). Setiap saat saya berkontemplasi dan memikirkan hal-hal di tahap filosofis, tanpa keinginan untuk menjejak, karena menjejak dan berakar adalah hal yang membuat saya tidak lagi merasa bisa untuk terbang, dan terbang merupakan hal yang sangat saya sukai.
(berenang adalah hal terdekat pada keinginan saya untuk bisa terbang, karena saat itu saya merasa bebas, walaupun udara yang saya miliki terbatas)
Impian, membuat kita berusaha, untuk melakukan lebih dari yang sudah kita lakukan, memunculkan ide-ide berani, yang dapat terkesan gila, namun dengan logika yang tepat, menjadi suatu hal baru yang akan mewarnai hidup anda. Saya, dengan segala keterbatasan saya, selalu bermimpi, dan ya, mimpi saya banyak, gila, dan kadang tanpa logika. Berpikir terkadang demikian melelahkan, sehingga saya bertindak saja, dan kemudian mendapatkan pelajaran darinya.
Waktu pun terus berlalu, dan saat ini, waktu menunjukkan pukul. Sebelas. Tiga puluh tujuh menit. Dan empat puluh detik. Goong…
Niki, Denpasar
Bulan ke delapan, kembali dari awal.
dan saya pun terbang

Thursday, March 22, 2012

Saturday, March 10, 2012

free writing and mind relieving


I got tangled over my daily log, so now it’s free writing time…
What have I been thinking lately? What is happening with me, around me, beyond me?
And why the hell did I have that dream last night, and what I thought about after.
Supernatural things never have been my cup of tea, yet I dreamed about some freaky kid that my friend has and suddenly my mind was wandering to the supernatural world, that is just how our mind works, I presume. And on top of all that, I wet my bed a little. And now, my mind is thinking over things that I shouldn’t be worrying about. How inconvenient, and my day was awful, I don’t have any desire to work, I chat all day, and now… even a cup of Joe didn’t do the trick.
But let us wait until I finished my coffee, and also finish this writing, maybe things will get better. Meanwhile, around me, my family is (still) a mess, I’m having trouble relating to people here, and my work sucks. Hahaha seems like a lot of problems… well, it’s not really that bad, come to think of it, now I’m still drinking a 10K cup of coffee and eating some friend sesame bread with shrimp (whatever that is). There are people with bigger problems, and most of them still survived the day just fine, without being depressed (I do really hope so).
The fried bread is actually good stuff *nom nom nom…*.  And after these things combined (writing, coffee, and food) I actually feel better. Hmmm, oh yeah, I am also listening to some music (not the music playing in this place, but my own music), Fix You by Coldplay is playing now, and I’m running out of lines. Oh, how I do smoke a lot today. I wonder how I will get a balanced life this way… Well, I guess somehow I’ll manage. Let’s see now, bad feelings gone, (Love Song by 311 is playing) a mild migraine is still here, I’m promising myself to do better at work tomorrow, I will not limit myself but will know my own strength, talk to my family more, get a lot more of new friends, and on top of all, being good.
Now, maybe I should talk about broader topics. Since about 3 years ago, I have been joining this photography community, Lomonesia, stand for Lomography Society Indonesia. I think some of you might already know what that is, while the rest of you don’t have a clue. So let me enlighten you in ways that I think is best. If you know any other photography communities, what we do is simply taking pictures. But, the catch is, in this digital world now, we in Lomonesia are Analogue Lovers (I’ll get back to you about analogue). We shoot photos using film cameras, and not only that, the cameras we used are unique in every way (appearance, how to use, results). Analogue is the opposite of digital, so the cameras we use are all mechanical (most of them plastic), using film rolls, plastic lenses that create lo-fi images, and often the pictures are unpredictable. Sounds like a scam, huh? Heheh…
Well, I really should show some pictures I made with those plastic analogue cameras I got. And then maybe it will show how it is unique. Anyway… enough with the introduction, so after moving to Bali, the first friends I got is actually from this community, since it’s a worldwide community and in Indonesia alone, there are representative in most of the major cities. So, being a new guy in town, I got friends already, what a wonderful thing, not being too alienated and all. Next step is making a movement, even now; we are brewing a plan for some event for the community here in Bali, Godspeed…